MENCARI KEBENARAN

MENCARI KEBENARAN

                “Demi matahari dan cahanya di pagi hari, demi bulan bila ia mengiringi matahari, demi siang bila ia menetepkan menampakkan matahari, demi malam bila ia menutupinya, demi langit dan yang di binanya, demi bumi yang di bentangkan atasnya, demi sukma dan penyempurnaanya.” Di mana sesungguhnya kebenaran itu berada? Di sudut-sudut ketinggian alam semestakah? Dari lapisan-lapisan langitkah? Di kemilau taburan bintang yang manakah kebenaran bertakhta?

                Adakah barangkali dalam senyum bintang yang berkelib, yang memancarkan cahaya, yang dari sana pula hujan di turunkan? Hingga karenanya, manusia dan semua mahluk yang ada di muka bumi ini hidup dan berkembangbiak. Bintang-bintang itu tak lain adalah benda-benda langit seperti juga bumi yang kita huni. Apakah hidup yang kita alami kini dan esok pun akan berkesudahan, apakah asal muasalnya dan dari mana sumbernya, kebetulankah bumi ini di jadikan dan di jadikan pula kita di dalamnya, bumi ataupun kehidupan ini apakah konstan? Mungkinkah hanya kebetulan, lalu bagaimana yang di alami manusia, benarkah kebaikan dan kebeburuka datang atas kehendak manusia itu sendiri, ataukah itu telah di bawanya sejak lahir higga tak kuasa ia memilih yang lain?

                Dalam luasnya langit dan bintang-bintang, dalam bulan dan matahari yang berkilau. Atau di kala langit yang jernih dan indah, bermandikan cahaya bulan dan bintang yang lembut, atau dalam laut dan deburan ombak, dan dalam segala yang ada di balik itu, yang ada hubungannya dengan wujud ini, serta diliputi seluruh kesatuan wujud. Untuk mencapai suatu kebenaran, pemikiran tentang hal itu begitu merasuki jiwa,memenuhi jantung, pribadi,dan seluruh wujud. Siang dan malam, hal itu menderai terus menerus . Akan tetapi ada suatu ketetapan kebenaran yang tidak dapat di pungkiri, yakni “KEBENRAN ILLAHI”.